Jumat, 21 Oktober 2016


TEKNIK PENYUSUNAN SOAL PILIHAN GANDA (PG), BENAR SALAH, DAN MENJODOHKAN










A. Teknik dan Kaidah Penyusunan Soal

Pengertian soal dalam pembelajaran tidak dapat dipisahkan dengan pengertian tes. Soal sebagai bentuk tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dengan cara dan aturan aturan yang sudah
ditentukan. Bentuk soal dapat bermacam-macam, maka dari itu dalam pengerjaan soal tergantung dari petunjuk yang diberikan. Misalnya melingkari salah satu jawaban, menerangkan, mencoret jawaban yang salah, melakukan tugas atau suruhan, menjawab secara lisan, dan sebagainya. Bentuk soal tersebut diantaranya Pilihan Ganda, Benar Salah, Menjodohkan dan sebagainya.
Maka dalam membuat soal untuk mengevaluasi proses pmbelajaran, diperlukannya suatu kaidah atau teknik agar bisa menyusun soal dengan baik. Kaidah-kaidah penyusunan soal merupakan petunjuk atau petunjuk teknis yang harus diikuti agar butir soal yang dihasilkan memiliki kualitas baik. Kaidah penulisan soal meliputi isi materi soal yang ditanyakan, konstruksi rumusan soal, dan penggunaan bahasa. Secara umum, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penyusunan soal :
a.    Mengikuti langkah-langkah dan prosedur yang benar;
b.    Mengikuti berbagai kaidah yang ada agar soal-soal yang dihasilkan membentuk perangkat tes yang valid;
c.    Mengikuti syarat-syarat dalam penyusunan soal.[1]
B. Teknik Penyusunan Bentuk Soal Pilihan Ganda
1. Pengertian
Tes pilihan ganda adalah butir soal atau tugas yang jawabannya dipilih dari alternatif yang lebih dari dua. Alternatif jawaban kebanyakan berkisar antara 4 (empat) dan 5 (lima). Tes pilihan ganda merupakan jenis tes obyektif yang paling banyak digunakan oleh para guru. Soal pilihan ganda atau dengan kata lain multiple choise, terdiri atas suatu pertanyaan atau keterangan tentang suatu pengertian yang belum lengkap, dan untuk melengkapinya harus memilih satu dari terdiri atas bagian keterangan (stem) dan bagian kemungkinan jawaban atau alternative (option). Kemungkinan jawaban terdiri atas satu jawaban yang benar (sebagai kunci jawaban) dan beberapa pengecoh (distractor).[2]
Menurut Gronlund (1981) “alternatif jawaban empat kurang baik dibandingkan dengan yang lainnya. Makin banyak alternatif jawaban, makin kecil kemungkinan peserta didik menerka” Jadi, jumlah alternatif jawaban sebenarnya tidak ada aturan baku. Guru bisa membuat 3,4,5 alternatif jawaban. Semakin banyak maka akan semakin bagus.
Soal tes pilihan ganda dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar yang lebih kompleks dan berkenaan dengan aspek ingatan, pengertian, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Soal tes bentuk pilihan ganda terdiri dari pembawa pokok persoalan dan pilihan jawaban.
2. Jenis-Jenis Bentuk Soal Pilihan Ganda
Ada beberapa jenis tes bentuk pilihan ganda, yaitu :
a.    Distracters, yaitu setiap pertanyaan atau pernyataan mempunyai jawaban yang benar. Tugas peserta didik adalah memilih satu jawaban yang benar.
b.    Analisis hubungan antara hal, yaitu bentuk soal yang dapat digunakan untuk melihat kemampuan peserta didik dalam menganalisis hubungan antara pernyataan dan alasan (sebab- akibat)
c.    Variasi negatif, yaitu setiap pertanyaan dan pernyataan mempunyai beberapa pilihan jawaban yang benar, tetapi disediakan satu kemungkinan jawaban yang salah. Tugas peserta didik adalah memilih jawaban yang salah tersebut
d.   Variasi berganda, yaitu memilih beberapa kemungkinan jawaban yang semuanya benar, tetapi ada satu jawaban yang paling benar. Tugas peserta didik adalah memilih jawaban yang paling benar
e.    Variasi yang tidak lengkap, yaitu pertanyaan atau pernyataan yang memiliki beberaapa kemungkinan jawaban yang belum lengkap. Tugas peserta didik adalah mencari satu jawaban yang paling benar dan melengkapinya. 
3. Kaidah Penyusunan Soal Bentuk Pilihan Ganda
Menulis soal bentuk pilihan ganda sangat diperlukan keterampilan dan ketelitian. Hal yang paling sulit dilakukan dalam menulis soal bentuk pilihan ganda adalah menuliskan pengecohnya. Pengecoh yang baik adalah pengecoh yang tingkat kerumitan atau tingkat kesederhanaan, serta panjang-pendeknya relatif sama dengan kunci jawaban. Oleh karena itu, untuk memudahkan dalam penulisan soal bentuk pilihan ganda, maka dalam penulisannya perlu mengikuti langkah-langkah berikut, langkah pertama adalah menuliskan pokok soalnya, langkah kedua adalah menuliskan kunci jawabannya, kemudian langkah ketiga adalah menuliskan pengecohnya.
Dalam menulis soal pilihan ganda harus memperhatikan kaidah-kaidah sebagai berikut:
a. Materi
1)   Soal harus sesuai dengan indikator soal dalam kisi-kisi. Artinya, soal harus menanyakan perilaku dan materi yang hendak diukur sesuai dengan tuntutan indikator soal.
2)   Pilihan jawaban harus homogen dan logis ditinjau dari segi materi. Artinya semua pilihan jawaban harus berasal dari  materi  yang sama seperti yang terkandung dalam pokok soal,  penulisannya harus setara, dan semua pilihan jawaban harus berfungsi.
3)   Setiap soal harus mempunyai satu jawaban yang benar atau yang paling benar. Artinya, satu soal hanya mempunyai satu kunci  jawaban. Jika terdapat beberapa pilihan jawaban yang benar, maka kunci jawabannya adalah pilihan jawaban yang paling benar.
b. Konstruksi
1)   Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas. Artinya kemampuan/materi yang hendak diukur/ditanyakan harus jelas, tidak menimbulkan pengertian atau penafsiran yang berbeda dari yang dimaksudkan penulis, dan hanya mengandung satu persoalan untuk setiap nomor. Bahasa yang digunakan harus komunikatif, sehingga mudah dimengerti peserta didik. Apabila tanpa harus melihat dahulu pilihan jawaban, peserta didik sudah dapat mengerti pertanyaan/ maksud pokok soal, maka dapat disimpulkan bahwa pokok soal tersebut sudah jelas.
2)   Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan pernyataan yang diperlukan saja. Artinya, apabila terdapat rumusan atau pernyataan yang sebetulnya tidak diperlukan, maka rumusan atau pernyataan tersebut dihilangkan saja.
3)   Pokok soal jangan memberi petunjuk ke arah jawaban yang benar. Artinya pada pokok soal jangan sampai terdapat kata, frase, atau ungkapan yang dapat memberikan petunjuk ke arah jawaban yang benar.
4)   Pokok soal  jangan  mengandung  pernyataan yang bersifat negatif ganda. Artinya, pada pokok soal jangan sampai  terdapat dua kata atau lebih yang mengandung arti negatif. Penggunaan kata negatif ganda dapat mempersulit peserta didik dalam memahami maksud soal, oleh karena itu perlu dihindari. Namun untuk keterampilan bahasa, penggunaan kata negatif ganda diperbolehkan kalau  yang ingin diukur justru pengertian tentang negatif ganda itu sendiri.
5)   Panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif sama. Kaidah ini perlu diperhatikan karena adanya kecenderungan peserta didik untuk memilih jawaban yang paling panjang, karena seringkali jawaban yang lebih panjang itu lebih lengkap dan merupakan kunci jawaban.
6)   Pilihan jawaban jangan mengandung pernyataan, "Semua pilihan jawaban di atas salah", atau "Semua pilihan jawaban di atas benar". Artinya, dengan adanya pilihan jawaban seperti ini, maka dari segi materi pilihan jawaban berkurang satu, karena pernyataan itu hanya merujuk kepada  materi dari  jawaban sebelumnya.
7)   Pilihan jawaban yang berbentuk angka harus disusun berdasarkan  urutan besar kecilnya nilai angka tersebut, dan pilihan jawaban berbentuk angka yang menunjukkan waktu harus disusun secara  kronologis. Pengurutan angka  dilakukan dari nilai angka paling kecil ke nilai angka paling besar atau sebaliknya. Pengurutan waktu berdasarkan kronologis waktunya. Pengurutan tersebut dimaksudkan untuk memudahkan peserta didik melihat dan memahami pilihan jawaban.
8)   Gambar, grafik, tabel, diagram, dan sejenisnya yang terdapat pada soal harus jelas dan berfungsi. Artinya, apa saja yang menyertai suatu soal yang ditanyakan harus jelas, terbaca, dapat dimengerti oleh peserta didik. Apabila soal tersebut tetap bisa dijawab tanpa melihat gambar, grafik, tabel atau sejenisnya yang terdapat pada soal, berarti gambar, grafik, atau tabel tersebut tidak berfungsi.
9)   Butir materi soal jangan bergantung pada jawaban soal sebelumnya. Ketergantungan pada soal sebelumnya menyebabkan peserta didik yang tidak dapat menjawab benar soal pertama tidak akan dapat menjawab dengan benar soal berikutnya.[3]
c. Bahasa
1)   Setiap soal harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia.
2)   Jangan menggunaan bahasa yang berlaku setempat, jika soal akan digunakan untuk daerah lain atau nasional.
3)   Pilihan jawaban jangan mengulang kata atau frase yang bukan merupakan satu kesatuan pengertian. Letakkan kata tersebut pada pokok soal.[4]
Soal bentuk pilihan ganda sangat berguna untuk mengukur tingkat hasil pembelajaran dari sebuah ilmu pengetahuan, tingkat pemahaman, serta tingkat pengaplikasiannya/penerapannya. Karena berbagai bentuk kecerdasan yang terdapat didalamnya, soal pilihan ganda sering digunakan dalam jenis soal objektif. Dimana harus memilih satu jawaban, bukan memberikan jawaban, oleh sebab itu langkah awal adalah dengan menulis soal pilihan ganda. Perubahan bentuk soal dari tipe yang satu ke tipe yang lainnya, harus dipertimbangkan karena hanya bisa dilakukan jika ada beberapa keuntungan yang sama. Sebagai contohnya, dimana ketika hanya ada dua pilihan (up/down), lebih tepat jika diubah menjadi bentuk soal benar atau salah. Sama halnya, ketika ada kelompok yang homogen (sejenis) yang saling dihubungkan (contoh: simbol peta dengan namanya), diubah dalam bentuk soal pencocokan akan lebih bermanfaat. Selain hal khusus tersebut, bagaimanapun juga, soal pilihan ganda lebih baik digunakan dalam tipe soal pilihan dalam bentuk apapun yang cocok untuk mengukur hasil pembelajaran.

3. Kelebihan dan kelemahan Bentuk Soal Pilihan Ganda:
    a. Kelebihan Bentuk Soal Pilihan Ganda
1)   Sifatnya lebih representatif dalam hal mencakup atau mewakili materi yang telah diajarkan kepada peserta didik.
2)   Memungkinkan bagi tester untuk bertindak lebih obyektif.
3)   Lebih mudah dan cepat dalam mengoreksi.
4)   Memberi kemungkinan orang lain untuk ditugasi/dimintai bantuan mengoreksi hasil tes tersebut.
5)   Butir soal pada tes obyektif jauh lebih mudah dianalisis.
6)   Sangat tepat untuk ujian yang peserta banyak sedangkan hasilnya harus segera seperti ujian akhir nasional maupun ujian sekolah.[5]
b. Kelemahan Bentuk Soal Pilihan Ganda
1)   Pokok soal tidak cukup jelas sehingga terdapat kemungkinan ada lebih dari satu jawaban yang benar
2)   Kadang–kadang jawaban soal dapat diketahui siswa meskipun belum diajarkan karena adanya petunjuk jawaban yang benar atau karena butir soal itu mengukur sikap dan bukan mengukur pengetahuan
3)   Sampai suatu tingkat tertentu keberhasilan atas suatu jawaban dapat diperoleh melalui tebakan
4)   Sulit membuat pengecoh (distractor) yang berfungsi yakni yang mempunyai peluang cukup besar untuk dipilih oleh siswa
5)   Membutuhkan waktu yang lama untuk menulis soal-soalnya
6)   Siswa cenderung mengembangkan cara belajar terpisah-pisah menurut bunyi tiap soal.[6]
              Kelemahan tersebut dapat diminimalkan dengan cara terus berlatih untuk menulis tes objektif yang baik, sehingga penulis benar-benar terampil dalam menulis terutama untuk menulis tes objektif yang dapat mengukur proses berpikir yang lebih tinggi dari hanya sekedar ingatan.
C. Teknik Penyusunan Bentuk Soal Benar-Salah
1. Pengertian
Bentuk tes benar salah (B-S) adalah tes yang butir-butir soalnya mengharuskan siswa mempertimbangkan suatu pernyataan sebagai pernyataan yang benar atau salah.[7] Peserta didik di minta untuk menentukan pilhannya mengenai pertanyaan atau pernyataan dengan cara seperti yang diminta dalam petunjuk mengerjakan soal. Salah satu fungsi tes ini adalah untuk mengukur kemampuan siswa untuk membedakan antara mana yang fakta dan mana yang pendapat. supaya soal dapat berfungsi dengan baik materi yang hendak ditanyakan hendaknya bersifat homogen.
Selain itu, tes ini juga dikenal dengan istilah tes jawaban pendek (short answer test), tes “ya/tidak” (yes-no test) dan merupakan tes model baru (new type test) dengan cara menuliskan jawabannya berupa kata-kata atau simbol-simbol tertentu pada tempat yang telah disediakan untuk masing-masing butir item yang bersangkutan. Pada pernyataan tes benar atau salah, peserta tes tersebut tinggal menyilang atau melingkari huruf  B jika pernyataan menurut pendapat benar dan huruf S jika salah. Dalam hal ini Testee diminta menentukan pendapatnya mengenai pernyataan-pernyataan tersebut dengan cara seperti yang telah ditentukan dalam petunjuk cara mengerjakan soal.
2. Jenis Bentuk Soal Benar-Salah
Bentuk tes benar atau salah ini bermacam-macam variasinya jika dilihat dari segi pola pengerjaannya yang terdiri dari:
a.    Tes Benar-Salah bentuk pernyataan. Dalam bentuk ini soal terdiri dari pernyataan-pernyataan dan siswa diminta memilih kemungkinan benar atau salah saja.
b.    Tes Benar-Salah yang menuntut alasan. Dalam bentuk ini selain seperti bentuk pertama juga menuntut supaya siswa memberi alasan apabila ia memilih kemungkinan salah (menyalahkan pernyataan soal).
c.    Tes Benar-Salah dengan membetulkan. Dalam bentuk tes ini selain seperti bentuk pertama juga menuntut supaya siswa membetulkan pernyataan soal yang disalahkan (jika siswa memilih kemungkinan salah terhadap pernyataan/ soal yang bersangkutan).
d.   Tes Benar-Salah Berganda. Pada bentuk ini satu induk persoalan menghasilkan beberapa anak persoalan. Beberapa anak persoalan itu dirumuskan dalam pernyataan/ soal yang mempunyai kemungkinan benar atau salah.
3. Kaidah Penyusunan Bentuk Soal Benar-Salah
Petunjuk Penyusunannya:
a.    Tulislah huruf  B-S pada permulaan masing-masing item dengan maksud untuk mempermudah mengerjakan dan menilai (scoring).
b.    Usakan agar jumlah butir soal yang harus dijawab  sama dengan soal yang harus dijawab S. Dalam hal ini hendanya pola jawaban tidak bersifat teratur misalnya B-S-B-S atau SS-BB-BB-SS.
c.    Hindari item yang bisa diperdebatkan. Contoh : B-S kekayaan lebih pentng dari pada kepandaian
d.   Hindari kata-kata yang menunjukkan kecedenrungan memberi saran seperi yang dikehendaki oleh item yang bersangkutan, misalnya semuanya, tidak terlalu, tidak pernah, dan sebagainya.
e.    Setiap butir soal haruslah menguji pemahaman, tidak hanya pengukuran terhadap daya ingat.[8]
f.     Hindarkan pernyataan yang sangat umum
Adapun kaidah penulisan soal benuk Benar-Salah adalah :
a. Materi
1)   Soal harus sesuai dengan indikator.
2)   Materi yang diukur sesuai dengan tuntutan bentuk benar-salah.
b. Konstruksi
1)        Buatkanlah petunjuk cara mengerjakan soal benar-salah yang sejelas-jelasnya.
2)        Hindarkan pernyataan yang mengandung ungkapan yang tidak pasti, seperti : barangkali, kadang-kadang, pada umumnya, kebanyakan.
3)        Hindarkan pernyataan yang mengandung negatif ganda.
4)        Hindarkan pernyataan yang panjang dan kompleks.
5)        Hindarkan pernyataan yang masih dapat dipersoalkan, soal harus mutlak benar dan mutlak salah.
6)        Jumlah soal yang benar hendaknya disamakan dengan jumlah soal yang salah. Hal ini dimaksudkan untuk mengantisipasi jawaban siswa. Mengingat bahwa siswa yang tidak mengetahui masalah yang ditanyakan cenderung memilih jawaban salah.
7)        Penempatan soal yang benar dan yang salah harus diatur secara acak.
8)        Setiap soal hanya mengandung satu gagasan.
9)        Setiap soal hendaknya berdiri sendiri, tidak bergantung pada soal yang lain.
10)    Hindarkan dengan pernyataan yang langsung mengutip kalimat dari buku. Setiap pernyataan hendaknya diolah dan disesuaikan dengan keperluan. Apabila tidak, hal ini akan terlalu menekan nilai aspek menghafal. Artinya penekannya atau perhatiannya terlalu ditekankan pada pengetahuan yang didapat dari hasil menghafal.
11)    Hindarkan hal yang kurang perlu dan bersifat teka-teki atau tebak-tebakan.
12)    Hindarkan pernyataan yang berarti ganda atau lebih.
13)     Apabila soal menanyakan pendapat, maka perlu disertakan sumber yang mengemukakan pendapat.[9]
c. Bahasa
1.    Tulislah dengan kalimat atau pernyataan berita.
2.    Bahasa soal harus komunikatif dan disesuaikan dengan jenjang pendidikan siswa.
3.    Gunakan bahasa Indonesia baku.
4.    Soal tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu.[10]
4. Kelebihan dan Kelemahan Bentuk Soal Benar-Salah
Kelebihannya adalah: dapat mewakili pokok bahasan atau materi pelajaran yang lebih luas, mudah penyusunannya dan dilaksanakan, mudah diskor, dapat dinilai secara cepat dan objektif dan merupakan instrumen yang baik untuk mengukur fakta dan hasil belajar langsung terutama yang berkaitan dengan ingatan.
Adapun kelemahannya adalah: ada kecenderungan peserta didik menjawab coba-coba (menebak jawaban), pada umumnya mempunyai derajat validitas dan reabilitas yang rendah, dalam penyusunan tes memerlukan ketelitian dan waktu yang agak lama, sering terjadi kekaburan, terbatas mengukur aspek pengetahuan saja.[11]

D.Teknik Penyusunan Bentuk Soal Menjodohkan
1. Pengertian
Bentuk soal menjodohkan yaitu bentuk soal yang memasangkan kalimat satu dengan kalimat lain yang merupakan jawaban dari kalimat tersebut (memiliki hubungan satu sama lain). Item tes menjodohkan sering juga di sebut  matching test item. Secara fisik, bentuk item tes menjodohkan, terdiri dari atas dua kolom yang sejajar. Pada kolom pertama berisi pertanyaan yang di sebut daftar stimulus dan kolom kedua berisi kata atau frasa yang di sebut juga daftar respon atau jawaban.
Sebagian para ahli evaluasi pendidikan menyebut  daftar stimulus dengan daftar premis. Hal ini karena dalam kolom tersebut berisi definisi, frasa, atau kata tunggal, berfungsi sebagai preposisi yang memberikan stimuli pada para siswa untuk di cari jawaban yang cocok dari kolom ke dua atau kolom respons. Pertanyaan menjodohkan ini pada umumnya kegunaannya terbatas pada pengukuran pengetahuan yang mencakup terminologi, batasan atau definisi, fakta, dan asosiasi konsep yang memiliki kaitan sederhana. Hal ini sesuai dengan yang di nyatakan oleh Cross (1982) bahwa matching tes items are appropriate for identifying the relantionship things; atau item tes menjodohkan adalah tepat untuk mengidentifikasi hubungan antar sesuatu.
Ciri-ciri bentuk soal menjodohkan:
a.    Tes terdiri dari satu seri pertanyaan dan satu seri jawaban
b.    Tugas testee adalah mencari dan menempatkan jawaban-jawaban yang telah tersedia, sehingga sesuai atau cocok atau merupakan pasangan, atau merupakan jodoh dari pertanyaannya.[12]
Jadi, dalam bentuk tes ini, disediakan dua kelompok bahan dan testee harus mencari pasangan-pasangannya yang sesuai antara yang terdapat pada kelompok pertama dengan yang terdapat pada kelompok kedua, sesuai petunjuk yang diberikan dalam tes tersebut.
Item tes menjodohkan, jika di susun secara cermat, mampu mengukur pengetahuan batasan dan terminologi. Batasan definisi maupun asas pengetahuan adalah sangat penting untuk di pahami oleh para siswa. Batasan dan asas itu tidak mudah di mengerti, jika mereka tidak masuk dalam perbendaharaan kata para siswa. Kemampuan mengukur batasa atau asas tersebut merupakan karakteristik penting, mampu membuat para guru dan evaluator banyak mempertimbangkan penggunaannya dalam mengukur kemampuan pengetahuan para peserta didik. Di samping itu, item tes menjodohkan dapat mencakup tingkat pengetahuan yang sama dengan jawaban bebas maupun item tes melengkapi.
Item tes menjodohkan pada prinsipnya dapat mengevaluasi pengetahuan tentang fakta yang memiliki makna spesifik. Agar dapat di gunakan sebagai materi premis atau kolom respons, fakta harus sederhana dan jelas. Jika keduanya kriteria tersebut tidak di penuhi maka tipe tes lain perlu di pertimbangkan penggunaannya.
Agar dapat item tes menjodohkan yang efektif, beberapa aturan dapat di pertimbangkan utamanya ketika seorang guru hendak mengonstruksi item tes jenis menjodohkan, yaitu:
1)      Perlu adanya petunjuk yang jelas tentang bagaimana menjawab tes menjodohkan. Petunjuk tersebut perlu disusun dengan kalimat yang singkat dan jelas. Gurut pun perlu menegaskan makna dan cara menjawab pada setiap kolom.
2)      Pada setiap kolom sebaiknya di beri label untuk lebih menjelaskan petunjuk.
3)      Item-item dalam tes menjodohkan sebaiknya homogen. Jika hanya sedikit materi pembelajaran yang dapat di kelompokan secara homogen dan berkaitan satu dengan lainnya, maka bentuk tes lain di rekomendasikan untuk di gunakan.
4)      Sebaiknya antara premis dan respons tidak sama jumlahnya. Secara empiris antara jumlah respon lebih banyak antara 1 dan 2 jawaban. Jika premis dan respon di buat sama jumlahnya, ada kemungkinan para siswa menjawab dengan cara menerka.
5)      Untuk setiap tes jumlah item menjodohkan sebaiknya antara 4-8 item. Jika terlalu sedikit akan menimbulkan kurang informasi bagi para siswa, sebaliknya, jika lebih besar dari 8, item kemungkinan terjadi tumpang tindih, membingungkan, dan menghabiskan waktu.
6)      Huruf besar atau angka ( arab) sebaiknya digunakan untuk memberikan label item-iteem pada daftar jawaban.
7)      Item-item dalam daftar respons sebaiknya di buat lebih pendek di bandingkan dengan daftar stimulus atau premis.
8)      Kolom dan daftar respons sebaiknya di tempatkan pada sisi sebelah kanan.
9)      Semua item untuk satu set tes menjodohkan, sebaiknya di tempatkan pada satu halaman. Penempatan kedua kolom pada halaman  lain atau terpisah akan mengakibatkan siswa membaca sambil membolak-balik halaman.[13]
2. Teknik Penyusunan Soal Bentuk Menjodohkan
Petunjuk-petunjuk yang perlu diperhatikan dalam penyusunan tes bentuk matching adalah :
a.    Seri pertanyaan-pertanyaan dalam matching test hendaknya tidak lebih dari  sepuluh soal(item).
b.    Jumlah yang harus dipilih, harus lebih banyak dari jumlah soalnya.
c.    Antara item-item yang tergabung dalam seri matching test harus merupakan pengertian-pengertian yang benar-benar homogen.[14]
d.   Buatlah petunjuk tes dengan jelas, singkat, dan mudah dipahami
e.    Sesuaikan dengan kompetensi dasar dan indikator
f.     Kumpulan soal diletakkan disebelah kiri, sedangkan jawabannya diletakka disebalah kanan
g.    Susunlah item-item dan alternatif jawaban denga sistematika tertentu. Misalnya, sebelum pokok persoalan didahului oleh stem atau bisa juga lansung pada pokok persoalan
h.    Seluruh kelompok soal dan jawaban hanya terdapat dalam satu halaman.
i.      Gunakan kalimat yang singkat, tepat dan jelas
j.      Jumlah alternatif jawaban hendaknya lebih banyak dari pada jumlah soal.[15]
Adapun kaidah penulisan soal bentuk menjodohkan adalah :
a. Materi
1)   Soal harus sesuai dengan indikator.
2)   Materi yang diukur sesuai dengan tuntutan bentuk menjodohkan.
3)   Gunakan materi-materi yang homogen untuk setiap kelompok, baik kelompok soal (pokok soal) maupun pilihan jawabannya.
b. Konstruksi
1)   Pertanyaan dan pilihan jawaban harus disusun dengan homogen, paralel/sejajar.
2)   Soal disusun sebelah kiri dengan bernomor, pilihan jawaban disusun di sebelah kanan dengan nomor urut dengan huruf.
3)   Pertanyaan dan pilihan jawaban hendaknya disusun secara sistematis. Jika daftar terdiri dari tanggal disusun secara kronologis, sedangkan pertanyaan dalam pilihan jawaban dapat disusun menurut abjad.
4)   Pertanyaan dan pilihan jawaban ditulis dalam halaman yang sama. Bila tidak demikian dapat membingungkan siswa dan dapat menyita waktu lama yang dipergunakan untuk membolak balik halaman saja.
5)   Panjang soal ini dibatasi jumlah tidak lebih dari 10 – 15 butir soal. Daftar-daftar yang panjang cenderung akan menjadi terlalu heterogen dan dengan demikian memungkinkan adanya petunjuk-petunjuk bagi siswa yang pandai, lagi pula soal bentuk ini bila soalnya terlalu panjang/banyak akan membuang waktu yang terlalu banyak.
6)   Jumlah pilihan jawaban disusun lebih banyak daripada soalnya. Hal ini dimaksudkan agar siswa dapat memikirkan jawaban dengan tepat.
7)   Pokok soal dan pilihan jawaban disusun dengan pertanyaan yang pendek.
8)   Petunjuk mengerjakan soal harus jelas.
c. Bahasa
1)   Bahasa soal harus komunikatif dan disesuaikan dengan jenjang pendidikan siswa.
2)   Gunakan bahasa Indonesia baku.
3)   Soal tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu.[16]
Soal tes bentuk menjodohkan sebenarnya masih merupakan bentuk pilihan-ganda. Perbedaannya dengan bentuk pilihan-ganda adalah pilihan ganda terdiri dari stem dan option, kemudian peserta didik tinggal memilih salah satu option yang paling tepat, sedangkan bentuk menjodohkan terdiri atas kumpulan soal dan kumpulan jawaban yang keduanya dikumpulkan pada dua kolom yang berbeda, yaitu kolom sebelah kiri menunukukkan kumpulan persoalan dan kolom sebelah kanan menunjukkan kumpulan jawaban. Jumlah pilihan jawaban dibuat lebih banyak dariapa jumlah persoalan.[17] Seperti halnya dengan tipe soal lainnya, beberapa aturan tersebut mungkin sebagai tambahan sebagai aturan pada umumnya untuk penyusunan soal objektif.

4. Kelebihan dan Kelemahan Bentuk Soal Menjodohkan
a. Kelebihan Bentuk Soal Menjodohkan
1)        Membutuhkan waktu singkat untuk membaca soal
2)        Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengutarakan maksud dengan gaya bahasa dan caranya sendiri
3)        Adanya keuntungan teknis seperti mudah membuat soalnya sehingga tanpa memakan waktu yang lama, guru dapat secara langsung melihat proses berpikir siswa.
4)        Tidak memberi banyak kesempatan untuk berspekulasi atau untung-untungan.
b. Kelemahan
1)        Hanya mengukur  tingkat berpikir ingatan
2)        Penulis soal cenderung tidak cermat
3)        Sulit menemukan pasangan yang homogen.[18]

PENUTUP
A. Kesimpulan                                           
            Dalam membuat soal untuk mengevaluasi proses pmbelajaran, diperlukannya suatu  kaidah atau teknik agar bisa menyusun soal dengan baik. Kaidah-kaidah penyusunan soal merupakan petunjuk atau petunjuk teknis yang harus diikuti agar butir soal yang dihasilkan memiliki kualitas baik. Kaidah penulisan soal meliputi isi materi soal yang ditanyakan, konstruksi rumusan soal, dan penggunaan bahasa. Dalam penulisan item tes dapat ada beberapa jenis bentuk soal dan teknik penyusunan soal masing-masing yang digunakan, diantaranya:
a.    Pilihan Ganda. Teknik penyusunannya diantaranya: (1) soal harus sesuai dengan indikator, (2) pilihan jawaban harus homogen dan logis, (3) hanya ada satu kunci jawaban yang paling benar, (4) pokok soal harus dirumuskan dengan jelas, singkat, dan tegas, (5) rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan persyaratan yang diperlukan, (6) pokok soal jangan memberikan petunjuk ke kunci jawaban, (7) pokok soal tidak menggunakan pernyataan yang bersifat negatif ganda, (8) gambar/grafik/ tabel/ diagram/ dan sejenisnya jelas dan berfungsi, (9) panjang rumusan jawaban relatif sama, (10) pilihan jawaban jangan menggunakan pernyataan”semua jawaban di atas salah” atau ”semua jawaban di atas benar” dan sejenisnya, (11) pilihan jawaban yang berbentk angka atau waktu harus disusun berdasarkan urutan besar kecilnya angka atau secara kronologis, (12) butir soal jangan bergantung pada jawaban soal sebelumnya, (13) menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia, (14) pilihan jawaban tidak mengulang kata kelompok kata yang sama.
b.   Benar Salah. Teknik penyusunannya diantaranya: (1) hindari pertanyaan yang mengandung kata kadang-kadang, selalu, umumnya, sering kali, tidak ada, tidak pernah, dan sejenisnya, (2) hindarkan pengambilan kalimat langsung dari buku pelajaran, (3) hindarkan pernyataan yang merupakan pendapat yang masih bisa diperdebatkan kebenaranya, (4) hindarkan penggunaan pernyataan negatif ganda, (5) usahakan agar kalimat untuk setiap soal tidak terlalu panjang, (6) gunakan kalimat perintah yang jelas agar mudah dimengerti oleh siswa.
c.    Menjodohkan. Teknik penyusunannya diantaranya:  (1) hendaknya materi yang diajukan berasal dari hal yang sama sehingga persoalan yang ditanyakan bersifat homogen, (2) usahakan agar pertanyaan dan jawaban mudah dimengerti, (3) jumlah jawaban hendaknya lebih banyak dari pada jumlah soal, (4) gunakan simbol yang berlainan untuk pertanyaan dan jawaban, (5) susunlah soal menjodohkan dalam satu halaman yang sama.
Setiap item tes mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing masing.  Dan dalam penyusunan soal tes, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah : tujuan pembelajaran ; pokok bahasan dan sub-pokok bahasan ; proses berpikir yang ingin diukur ; jenis tes yang tepat serta tingkat kesukaran butir soal yang akan dibuat.

BSaran

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya, sehingga sedikitnya dapat menambah kita dalam bidang pengetahuan. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang ikut andil dalam penulisan makalah ini. Tidak lupa penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu saran dan kritik yang membangun selalu penulis harapkan agar dapat membantu dalam pengkajian makalah ini.


DAFTAR PUSTAKA
Arikunto,SuharsimiDasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Ed. Revisi, Cet. 5.  Jakarta: Bumi Aksara, 2005.
Dimyati dan Mudjiono, Belajar Dan PembelajaranJakarta: Rineka Cipta, 1999.
Sukardi, Prof. H. Evaluasi pendidikan prinsip dan operasionalnya.
Jakarta; Bumi Aksara, 2008.
Widoyoko, S.Eko Putro Evaluasi program PembelajaranYogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.

Sumber Internet:
https://www.academia.edu/4943047/Menuliskan_Item_Item_Test_Untuk_Berbagai_Jenis_Tes.





[2]Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006),hal.168.
[4] Ibid.,  http://literaturkti.blogspot.com..
[5]Wakhinuddin S. Tes Objektifhttp://wakhinuddin.wordpress.com/2010/06/03/tes-objektif/, diakses tanggal  02 April 2014.
[6]Silverius, Suke. 1991. Evaluasi Hasil Belajar dan Umpan Balik. Jakarta: PT.Grasindo. h. 67.
[7] Dimyati dan Mudjiono, Belajar Dan Pembelajaran (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), h. 210
[8] Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, Op.cit, hlm.167, Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Ed. Revisi, Cet. 5 (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005) hlm. 162.

[9] Op.Cit..,  http://literaturkti.blogspot.com..
[10] Ibid.,  http://literaturkti.blogspot.com..
[11]S.Eko Putro Widoyoko, Evaluasi program Pembelajaran, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 51-53.
[13]Prof.H.M. Sukardi, MS., Ph.D. evaluasi pendidikan prinsip dan operasionalnya,
Jakarta
; Bumi Aksara, 2008. Hal. 123-124.
[14] Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, Op.cit, hlm.172
[15] Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, Op.cit, hlm. 164
[18]Dr. Suke Silverius, Evaluasi Hasil Belajar dan Umpan Balik.  Jakarta: PT. Grasindo, 1991.

Related Posts:

0 komentar:

Post a Comment




Tidak ada komentar:

Posting Komentar